Sensasi Ditengah Pandemi

oleh -2665 Dilihat
oleh

87News.com,Ambon – Amboina Sensation Live Misic and Celebration… itulah nama event musik yang akan digelar pada 31 Oktober 2020 mendatang di studio DSS, Jakarta, dengan Donny Hardono sebagai punggawanya. Seperti kita tahu, sejak Indonesia dilanda pandemi covid 19, DSS music studio selalu menggelar konser musik secara virtual, dengan menampilkan sederet musisi dan artis nasional.

Konser musik yang dilakukan secara virtual ini merupakan konser musik yang kedua kalinya, dimana pada konser pertama pada 1 Agustus 2020 lalu hanya mengadrikan tujuh artis nasional asal Maluku dan sekitar empat orang artis lokal Kota Ambon.
Namun pada konser kedua ini, Pemerintah Kota Ambon langsung tancap gas dengan megandeng puluhan artis lokal ambon dan artis nasional untuk memeriahkan konser musik tersebut yang mengusung tema Colourfull Ambon City Of Music, yang “nekat” digelar ditengah carut marut covid 19 yang tengah melanda Kota Ambon.

Apa yang salah ? tentu saja salah. Cermati saja, berapa banyak anggaran yang digelontorkan demi kesenangan sekelompok orang itu ? Apakah event ini sudah masuk dalam mata anggaran yang disetujui DPDR Kota Ambon ? Apa efek baik kepada masyarakat kota Ambon ? Lalu, apa urgensi dengan digelarnya acara tersebut bagi warga Kota Ambon ? Apakah hanya mencari sensasi ? ya!!! penguasa hanya mencari sensasi ditengah pandemi covid yang melanda kota Ambon tercinta ini.

Dapat disimak, bahwa menjelang event ini, tiba-tiba Kota Ambon beralih status dari zona merah ke zona orenge dan akan berangsur turun ke zona kuning. Padahal jumlah kematian akibat Covid 19 terus terjadi. Apakah ini akal-akalan penguasa demi memuluskan jalan mencari sensasi ? Hanya dia dan Tuhan yang tau.

Dalam obrolan lepas bersama beberapa warga masyarakat tentang event ini, mereka seolah bingung dengan apa yang dilakukan pemerintah Kota Ambon. Mereka malah menganjurkan sebaiknya anggaran tersebut dipakai untuk menambah honor penyapu jalan atau diperuntukan bagi warga miskin yang terdesak kemiskinan karena Covid 19 saat ini.

Pikirkan saja, berapa biaya transportasi dan akomodasi bagi artis, pejabat dan penggembira dari Ambon ke Jakarta dan sekembalinya mereka dari Jakarta ke Ambon. Belum lagi honor artis lokal maupun nasional. Apakah itu akan bermanfaat bagi warga Kota Ambon ? Tentu tidak. Karena yang menikmatinya hanya segelintir orang dan bukan seleurh warga Kota Ambon.

Namun begitu, ada yang berdalih bahwa tujuan dilaksanakannya even tersebut adalah untuk mempromosikan pariwisata Kota Ambon. Yang menjadi pertanyaan, pariwisata seperti apa yang akan dikembangkan sekrang ini, ketika Kota Ambon lagi terpuruk akibat pandemi covid 19. Mungkin saja pariwisata yang dimaksud adalah wisata covid. Aneh bin ajaib!!!

Salah satu pemerhati musik Kota Ambon, ketika diminta tanggapannya mengatakan, pemerintah Kota Ambon tidak perlu menggelontorkan dana besar untuk kegiatan yang hanya dinikmati oleh segelintir musisi. Ada baiknya dana besar itu disubsidi kepada musisi lokal untuk menggelar konser virtual di Ambon daripada harus memboyong puluhan musisi dari Ambon ke Jakarta, padahal musisi Ambon sudah sering melakukan konser secara virtual.

“Seharusnya Pemerintah Kota Ambon mensubsidi musisi lokal untuk menggelar konser virtual di Ambon saja. Karena tidak membutuhkan dana besar, tapi pesannya tersampaikan. Selain itu, semua musisi lokal dapat merasakan manfaatnya, “ujarnya.

Ditambahkannya, sebaiknya pemerintah Kota Ambon lebih fokus kepada janji untuk membuat pendidikan dan kurikiulum musik yang merupakan salah satu syarat Ambon sebagai Kota Musik.

“Janji pemerintah Kota tentang pendidikan musik hanya pemanis bibir saja. Tidak ada kemajuan yang dirasakan oleh masyarakat secara umum dan secara khusus musisi Kota Ambon. Harusnya manusianya yang dibangun, bukan memprioritaskan simbol dan pencitraan yang pada akhirnya semua aspek hanya bergerak ditempat, “lanjutnya.

Sementara itu, anggota Fraksi Partai Demikrat dan juga anggota Komisi I DPRD Kota Ambon, Julius Toisutta, mengaku kaget dengan event konser virtual yang akan digelar pada 31 Oktober 2020 besok.

“Kita di komisi I tidak pernah diinformasikan soal ini. Padahal kita ini mitra dari dinas Pariwisata, “tegas Toisutta dengan nada kesal.

Toisutta mengatakan dalam keadaan pandemi saat ini seharusnya Walikota sebagai kepala pemerintahan lebih fokus untuk pemulihan ekonomi daerah dan masyarakat, dan bukan kepada hal-hal yang tidak urgen dan tidak berpihak kepada rakyat.

“Ini adalah sebuah pemborosan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Ambon dengan membuat kegiatan yang tidak menguntungkan masyarakat. Saya pastikan DPRD Kota Ambon akan memanggil Walikota Ambon dan juga Kepala Dinas Pariwisata untuk mempertanggung jawabkannya, Walikota seperti ini bukan walikota yang baik, “tegasnya.

Marilah membangun Kota Ambon dengan hati, jang cuma sekedar mencari sensasi sehingga menyakiti hati rakyat, pungkasnya.(**)